Popular Posts

Sabtu, 17 Desember 2011

Pemanfaatan Asap Rokok Sebagai Penyembuh Kanker

Mana ada wanita kuat menghadapi kematian akibat serangan kanker hati stadium 3a. Hanya ada dua pilihan menghadapi vonis maut penyakit mematikan itu; menyerah kalah pada rasa putus asa, atau mengubah cara pandang untuk mendapatkan penyembuhan alternatif.
Beberapa prototipe yang menggunakan pendekatan nano biology disebutnya sebagai Divine Cigarette, bisa menjinakkan asap kretek dan dimanfaatkan untuk kesehatan manusia lewat partikel yang dilukiskan mampu menjadi penyedia elektron pada sistem transfer listrik dalam proses fisiologi normal.
Semula ragu asap rokok berdaya menyembuhkan. Tetapi begitu merubah cara pandang terhadap benda satu ini, berkatnya tak terbendung. Karena itu tadi, asap Divine Cigarette benar-benar mengikis kuasa kanker yang membelit hati sebagaimana dialami Ala Lisenko Sulistyono.
Bagi ibu kelahiran Australia yang sudah bermukim 27 tahun di Indonesia mengikuti suaminya, Divine Cigarette membuat hidupnya lebih hidup, setidaknya hidupnya tambah panjang dan lebih berkualitas.
Agustus 2008 Ala didiagnosa dia terserang kanker hati. Dokter memperkirakan bahwa hidupnya tinggal 6 sampai 8 bulan. Waktu itu, kondisinya sakit sekali dan amat kurus. Dalam kondisi kronis dia tidak bertanya “Kenapa hal ini menimpa saya?” karena menyadari ada jutaan orang lain yang juga sakit kanker. Pertanyaannya adalah “Kok bisa?” Sudah berhenti merokok 25 tahun lalu, diet sehat dan rajin olahraga. Pokoknya segala usaha untuk hidup sehat sudah dilakukan. Tapi kenapa masih bisa kena kanker ?
Dokter memberi tahu bahwa tidak ada cara yang bisa menyembuhkan kanker hatinya. Yang bisa dilakukan mungkin kemoterapi, tapi itu hanya untuk memperpanjang hidup. Setelah mempertimbangan hal itu, kemoterapi tidak dilakukan karena memperburuk mutu hidup. Hidup memang sedikit lebih panjang, tapi sangat menderita. Sebagai gantinya Ala mencari alternatif lain.
Dokter menganjurkan mengganti amalgam yang menempel di gigi dengan komposit sebelum menjalani serangkaian terapi balur di Jakarta dan dilanjutkan di Rumah Sehat milik Lembaga Penelitian Peluruhan Radikal Bebas di Malang. Terapi balur memanfaatkan divine cigarette yang diperkaya berbagai asam amino lewat pendekatan nano biology. Pendekatan nano biology memungkinan asap Diivine Cigarette mengikat mercuri yang dituding menjadi biang penyebab kanker hati.
Mengutip Dr Saraswati Subagjo selaku pengelola Rumah Sehat yang menginduk pada Lembaga Penelitian Peluruhan Radikal Bebas di Malang, Ala mengemukakan kanker hati stadium ikut bisa sembuh berkat terapi balur, yaitu proses detoxifikasi pembaluran kulit dengan menggunakan berbagai bahan peluruh radikal bebas yang dikombinasikan dengan asap Divine Cigarette untuk mengangkat merkuri dan logam berbahaya lainnya dari dalam tubuh.
Asap rokok berbentuk partikel berukuran nano mudah meresap dan menghajar habis radikal bebas, khususnya merkuri dari dalam tubuh. Saraswati bersama sejumlah ahli seperti guru besar biologi melekuler Unibraw Malang Prof Dr Sutiman B Sumitro, mengembangkan proses detoxifikasi yang dapat mengangkat racun logam berbahaya seperti merkuri atau air raksa dari tubuh pasien.
Proses balur, sebagaimana pernyataan Prof Dr Sutiman B Sumitro, dapat dimanfaatkan untuk mengobati kanker dan beberapa penyakit lainnya. Pada prinsipnya tubuh memiliki kemampuan melakukan “self regenerasi” maupun “self reparasi”, dengan cara inilah homeostasis kehidupan normal dapat berjalan.
Hal seperti ini menjadi macet atau tidak terjadi pada orang sakit karena proses biologis yang ada tidak efisien khususnya dalam pengelolaan aliran energinya, ditandai oleh banyaknya tumpukan radikal bebas. Dengan proses balur, pengaturan homeostasis radikal bebas dapat dilakukan, dan pasien dapat lebih cepat dan lebih mudah sembuh.
Sesudah 6 bulan, kata Ala, dilakukan CT scan lagi dan hasilnya menunjukkan bahwa kanker hatinya mulai mengecil. CT scan dilakukan dua kali lagi untuk memonitor hasil terapi dan hasil setiap CT Scan menunjukkan bahwa kanker menjadi relatif lebih kecil.
Ala ngeri membandingkan CT scan pertama pada Agustus 2008 dengan CT scan terakhir akhir Maret 2010, karena citra yang ditangkap CT scan yang petama sangat buruk. “Saya berencana melakukan CT scan lagi kira-kira Juni 2011 karena takut radiasi CT scan justru bisa jadi pemicu kanker. Tapi saya tetap periksa darah dan hasilnya normal,” tuturnya.
Rekam medis berupa CT scan dibawa ke dokter onkolog. Dokter tanya, treatment apa yang sudah dilakukan. Ala bercerita panjang lebar tentang balur, tapi tidak cerita bertumpu pada rokok kretek. “Dokter waktu itu bilang saya harus kasih lihat hasilnya kepada dokter spesialis hati dan saya bilang bahwa mereka tidak mau tahu. Dokter bilang but this is science!” seru Ala
Ala percaya bahwa segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada manusia adalah baik, dan dapat dikelola demi kesejahteraan manusia. Tapi, karena tidak mengubah cara pandang, banyak elemen baik dari rokok terabaikan karena erlanjur dicap membahayakan kesehatan.
Tanaman poppy – bahan dasar heroin – jika diolah secara benar sangat bermanfaat sebagai obat penenang dalam dunia kedokteran, misalnya. Tapi jika dimanfaatkan secara salah, maka tumbuhan ini menghasilkan heroin yang menyebabkan kecanduan dan kesengsaraan. Pertanyaan Ala, apakah dalam hal ini tumbuhan poppy harus dimusnahkan ? Pertanyaan serupa menurut dia patut dipertimbangkan mengenai tembakau, terutama kretek.
Sebelum sakit, kalau ada yang bilang cara mengobati kanker dengan tembakau, apalagi kretek, dipastikan seruannya “Gila, yang benar aja!” Tetapi sekarang kalau ada yang tanya tentang pengobatan dengan teknik nano biology, dia akan ceritakana. Take it or leave it. “Waktu cari informasi tentang kanker hati, banyak ahli mengatakan kalau ada tumor jangan mengkonsumsi asam amino karena membuat tumor menjadi besar. Tetapi, kenyataannya justru sebaliknya!” tuturs ibu dua anak kelahiran Australia yang sudah mukim 27 tahun di Indonesia.
Publik menganggap apa yang dilakukan itu aneh. Kalau ada orang yang punya pendapat lain, Ala sangat menghormati. Kalau ada orang yang ribut tentang pendapat Ala tanpa penelitian dan fakta mengenai balur, dia berpikir ‘Enak sekali, bisa tahu segala dari segalanya”. Yang pasti, sudah 2 tahun 5 bulan berlalu sejak dibalur, Ala sungguh menikmati hidup. Ia setiap hari bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Divine Cigarette bikin hidupnya lebih hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar