Saya bukanlah seorang yang begitu menyukai rokok. Dalam situasi tertentu memang saya sering merokok, terutama apabila di lingkungan sekitar saya cukup banyak para perokok dan ada yang menawari saya rokok. Jika suruh memilih jenis rokok mana yang saya sukai, saya akan menjawab saya lebih memilih jenis yang ringan (rokok putih istilahnya) dibandingan yang berat atau yang kretek. Jikalau saya sendirian atau disekitar saya tidak ada perokok atau sedikit perokok maka saya juga tidak merokok (Kecuali jika sedang tegang pikirannya kadang saya juga merokok untuk membantu melalui ketegangan pikiran saya). Oleh karena perilaku merokok saya diatas, mungkin kebiasaan saya tersebut lebih tepat disebut sebagai sosial smoker.
Lupakan tentang kebiasaan merokok sosial saya. Disini saya ingin mengajak para pembaca untuk memahami bagaimana sebuah industri rokok di indonesia ini memiliki kelangsungan hidup, saya ramalkan, yang cukup lama. Dalam beberapa puluh tahun ke depan, saya meramalkan bahwa industri perokokan di indonesia tidaklah mungkin gulung tikar.
Industri rokok memiliki cukai yang cukup besar. Pendapatan negara dari perusahaan-perusahaan rokokpun saya yakin cukup signifikan untuk menambah belanja negara. Seberapapun buruknya efek yang ditimbulkan oleh kegiatan merokok ini, saya merasa hal tersebut tidak akan menghalangi kejayaan industri-industri rokok nasional. Ini manfaat rokok pertama.
Manfaat kedua. Industri rokok merupakan industri yang sedemikian massif dari segi tenaga. Ini dimungkinkan karena industri ini mampu menyerap tenaga kerja yang luar biasa banyak dibandingkan dengan industri yang lainnya. Larangan penggunaan mesin-mesin industri otomatis dari pemerintah dalam menjalankan roda perusahan rokok mengindikasikan kebutuhan atau ketergantungan pemerintah, terutama soal tenaga kerja, yang sedemikian tinggi. Dengan demikian keberlangsungan hidup masyarakat yang menggantungkan hidup dari pekerjaan mereka di perusahaan rokok ini semakin tinggi. Tanpa rokok berarti tanpa nasi dan dapur yang mengepul. Ini belum dihitung pengangguran yang berhasil diatasi lewat agen-agen rokok maupun para pedagang kecil dan pedagang kaki lima.
Manfaat ketiga. Industri Musik, Televisi, Olah Raga dan sejenisnya berutang cukup banyak dengan Industri Rokok. Konser-konser musik di televisi maupun di kota-kota besar sponsor utamanya jarang sekali yang tidak pabrik rokok. Tanpa andanya sponsor dari perusahaan rokok ini kemungkinan besar hiruk pikuk dunia lagu dan musik di indonesia akan menjadi sunyi. Acara sepak bola mana yang tidak menggunakan sponsor perusahaan rokok? Sejauh yang saya ketahui sebagian besar acara-acara sepak bola maupun olah raga-olah raga lain semisal (bulu tangkis, billiard, tenis, dan yang lainnya) bisa berkembang dan melangsungkan berbagai event pertandingan karena dukungan dari perusahaan ini. Musik tanpa rokok adalah sunyi. Televisi tanpa rokok adalah sepi. Olah raga tanpa rokok adalah redup medali.
Ketiga manfaat diatas merupakan manfaat dari rokok dalam skala yang massif atau besar. Selanjutnya saya ingin membahas manfaat dari rokok dalam skala individual atau setidaknya dalam skala yang lebih sempit atau kecil.
Manfaat rokok secara bilogis psikologis. Bagi sebagian banyak orang, rokok adalah teman hidup. Seperti anda membutuhkan makan dan minum maka bagi orang-orang tertentu rokok merupakan sebuah kebutuhan. Jika mereka sedang dirundung masalah atau dirundung kesendirian dan kesepian, rokok bisa menjadi teman berbagi sepi. Rokok menemani kita dikala sedang menunggu sang kekasih. Rokok menemani kita untuk mencairkan suasana dengan calon mertua. Rokok menemani kita dikala menunggu bus yang akan mengantar kita ke suatu tempat. Rokok menemani kita di jenuhnya perjalanan yang melelahkan. Rokok menemani kita dikala kita dirundung percecokkan dengan teman. Jika sehabis makan maka rokoklah cuci mulutnya.
Manfaat rokok dari gaya hidup. Merokok adalah seni. Demikian pernah bapak kepala desa tempat saya KKN (Kuliah Kerja Nyata) di daerah wonogiri sana pernah berkata kepada saya. Saya belum begitu mengerti apa maksudnya merokok adalah sebuah seni atau kesenian. Jika merokok adalah seni maka merokok juga merupakan sebuah keindahan. Dari mana segi indah dari merokok tersebut? Saya juga tidak begitu mengerti. Walaupun demikian kemungkinan besar pemahaman merokok adalah seni bisa ditelusuri dari perilaku para perokok. Merokok sering kali membutuhkan ketrampilan tertentu. Misanya cara menyulut rokok pun kadang ada ciri khas yang menarik dan membikin perhatian kita. Atau bisa jadi cara melinting bagi yang lebih suka merokok dengan cara ini. Gaya hidup dari para perokok pun bisa berbeda-beda, dan terkadang membikin decak kagum. Memainkan rokok yang berada ditanganpun kadang memerlukan keahlian tertentu. Jenis-jenis rokok pun memiliki segmentasi masyarakat yang berbeda-beda. Mungkin ini yang dinamakan gaya hidup.
Disini saya ingin menegaskan bahwa tulisan ini tidak berarti bahwa saya mendukung atau memihak para perokok. Dari segi kesehatan dan kenyamanan memang merokok lebih banyak keburukannya di bandingkan manfaatnya. Hanya saja memang perlu regulasi yang lebih baik untuk menyeimbangkan atau menyelaraskan antara manfaat dari rokok dan keburukan dari rokok tersebut. Bagi anda para perokok selamat merokok dan saya anjurkan juga untuk menghormati para non smoker atau yang tidak merokok. Dan bagi para non smoker saya anjurkan juga untuk tidak menghujat atau membenci setengah mati para perusahaan rokok maupun para perokok tersebut. Sebagai sebuah realitas yang kemungkinan akan selalu mengelilingi kita, rokok maupun kebiasaan merokok merupakan sebuah fenomena yang patut kita sikapi dengan kelapangan dan kearifan. Rokok membantu kita sekaligus menghancurkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar