BUDYJULLIANTO.BLOGSPOT.COM
Kepala Badan Pusat Statisik (BPS) BPS Rusman Heriawan mengatakan untuk memberantas atau mengurangi tingkat kemiskinan harus diimbangi dengan pengurangan konsumsi rokok, karena masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan masih mendahulukan membeli rokok baru beras.
"Paling mendasar itu rokok yang dihubungkan dengan dengan garis kemiskinan. Sebagian besar orang miskin itu membeli rokok setelah beras, bagaimana menurunkan kemiskinan? Ya suruh saja semua orang miskin berhenti merokok, signifikan nantinya kemiskinan turunnya," kata Rusman di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu Malam (14/9).
Menurut Rusman, rokok masuk perhitungan dalam garis kemiskinan karena semakin banyak orang miskin yang 'membakar' uangnya untuk membeli rokok. Ini tindakan kontra produktif, karena mereka dahulukan rokok daripada beras.
"Kalau semua orang miskin berhenti merokok tiba-tiba, maka digantikan misalkan beli beras atau nambah tabungan serta misalkan transpor anaknya makanya kemiskinan akan menurun," ujar Rusman.
Pengeluaran nomor dua masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan, sebut Rusman, adalah rokok setelah nomor satunya beras. Pemerintah sendiri berkali-kali telah mengingatkan bahaya merokok serta menghimbau masyarakat untuk berhenti merokok.
Rusman menilai rencana pemerintah yang akan menaikan cukai rokok tidak akan membuat orang berhenti merokok, karena banyak orang perokok telah menganggap rokok itu masuk dalam kategori wajib.
"Sekarang banyak orang merokok kan wajib hukumnya, jika dihubungkan dengan kenaikan cukai terhadap kemampuan rokok itu kecil sekali untuk orang kurangi rokok. Sebagian besar orang berhenti merokok memang karena kesadaran,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar